A.
Pengertian Mitos
Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang
ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di
dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar
terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi,
yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar
terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat
istiadat, dan konsep dongeng suci. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul
alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan
mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para
dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.
B.
Contoh-contoh Mitos
begitu banyak contoh-contoh mitos yang ada di dindonesia.
karena kita tahu sendiri bahwa memang Mitos sangat berhubungan dengan
terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongen
suci. ini adalah beberapa contoh Mitos yang ada di Indonesia.
- Cerita terjadinya mado-mado atau marga di Nias (Sumatra Utara)
- Cerita barong di Bali.
- Cerita pemindahan Gunung Suci Mahameru di India oleh para dewa ke Gunung Semeru yang dianggap suci oleh orang Jawa dan Bali.
- Cerita Nyai Roro Kidul (Ratu Laut Selatan)
- Cerita Joko Tarub
- Cerita Dewi Nawangwulan
- Dan lain sebagainya
Pada jaman dahulu kala, di tatar
Parahyangan, berdiri sebuah kerajaan yang gemah ripah lohjinawi kerta raharja.
Tersebutlah sang prabu yang gemar olah raga berburu binatang, yang senantiasa
ditemani anjingnya yang setia, yang bernama "Tumang".
Pada suatu ketika
sang Prabu berburu rusa, namun telah seharian hasilnya kurang menggembirakan.
Binatang buruan di hutan seakan lenyap ditelan bumi. Ditengah kekecewaan tidak
mendapatkan binatang buruannya, sang Prabu dikagetkan dengan nyalakan anjing
setianya "Tumang" yang menemukan seorang bayi perempuan tergeletak
diantara rimbunan rerumputan. Alangkah gembiranya sang Prabu, ketika
ditemukannya bayi perempuan yang berparas cantik tersebut, mengingat telah
cukup lama sang Prabu mendambakan seorang putri, namun belum juga dikaruniai
anak. Bayi perempuan itu diberi nama Putri Dayangsumbi.
Alkisah putri Dayngsumbi nan cantik rupawan setelah dewasa
dipersunting seorang pria, yang kemudian dikarunia seorang anak laki-laki yang
diberi nama Sangkuriang yang juga kelak memiliki kegemaran berburu seperti juga
sang Prabu. Namun sayang suami Dayangsumbi tidak berumur panjang.
Suatu saat, Sangkuriang yang masih sangat muda belia,
mengadakan perburuan ditemani anjing kesayangan sang Prabu yang juga kesayangan
ibunya, yaitu Tumang. Namun hari yang kurang baik menyebabkan perburuan tidak
memperoleh hasil binatang buruan. Karena Sangkuriang telah berjanji untuk
mempersembahkan hati rusa untuk ibunya, sedangkan rusa buruan tidak
didapatkannya, maka Sangkuriang nekad membunuh si Tumang anjing kesayangan
ibunya dan juga sang Prabu untuk diambil hatinya, yang kemudian dipersembahkan
kepada ibunya.
Ketika Dayangsumbi akhirnya mengetahui bahwa hati rusa yang
dipersembahkan putranya tiada lain adalah hati "si Tumang" anjing
kesayangannya, maka murkalah Dayangsumbi. Terdorong amarah, tanpa sengaja,
dipukulnya kepala putranya dengan centong nasi yang sedang dipegangnya, hingga
menimbulkan luka yang berbekas. Sangkuriang merasa usaha untuk menggembirakan
ibunya sia-sia, dan merasa perbuatannya tidak bersalah. Pikirnya tiada hati
rusa, hati anjingpun jadilah, dengan tidak memikirkan kesetiaan si Tumang yang
selama hidupnya telah setia mengabdi pada majikannya. Sangkuriangpun minggat
meninggalkan kerajaan, lalu menghilang tanpa karana.
Setelah kejadian itu Dayangsumbi merasa sangat menyesal,
setiap hari ia selalu berdoa dan memohon kepada Hyang Tunggal, agar ia dapat
dipertemukan kembali dengan putranya. Kelak permohonan ini terkabulkan, dan
kemurahan sang Hyang Tunggal jualah maka Dayangsumbi dikaruniai awet muda.
Syahdan Sangkuriang yang terus mengembara, ia tumbuh penjadi pemuda yang gagah
perkasa, sakti mandraguna apalgi setelah ia berhasil menaklukan bangsa siluman
yang sakti pula, yaitu Guriang Tujuh.
Dalam suatu saat pengembaraannya, Sangkuriang tanpa
disadarinya ia kembali ke kerajaan dimana ia berasal. Dan alur cerita hidup
mempertemukan ia dengan seorang putri yang berparas jelita nan menawan, yang
tiada lain ialah putri Dayangsumbi. Sangkuriang jatuh hati kepada putri
tersebut, demikianpula Dayangsumbi terpesona akan kegagahan dan ketampanan
Sangkuriang, maka hubungan asmara keduanya terjalinlah. Sangkuriang maupun
Dayangsumbi saat itu tidak mengetahui bahwa sebenarnya keduanya adalah ibu dan
anak. Sangkuriang akhirnya melamar Dayangsumbi untuk dipersunting menjadi
istrinya.
Namun
lagi lagi alur cerita hidup membuka tabir yang tertutup, Dayangsumbi mengetahui
bahwa pemuda itu adalah Sangkuriang anaknya, sewaktu ia melihat bekas luka
dikepala Sangkuriang, saat ia membetulkan ikat kepala calon suaminya itu. Setelah
merasa yakin bawa Sangkuriang anaknya, Dayangsumbi berusaha menggagalkan
pernikahan dengan anaknya. Untuk mempersunting dirinya, Dayangsumbi mengajukan
dua syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang dengan batas waktu sebelum fajar
menyingsing. Syarat pertama, Sangkuriang harus dapat membuat sebuah perahu yang
besar. Syarat kedua,
Sangkuriang
harus dapat membuat danau untuk bisa dipakai berlayarnya perahu tersebut.
Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut, ia bekerja lembur dibantu oleh wadiabalad siluman pimpinan Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan tersebut. Kayu kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, ia dapatkan dari hutan di sebuah gunung yang menurut legenda kelak diberi nama Gunung Bukit Tunggul. Adapun ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya, ia kumpulkan disebuah bukit yang diberi nama gunung Burangrang.
Sangkuriang menyanggupi syarat tersebut, ia bekerja lembur dibantu oleh wadiabalad siluman pimpinan Guriang Tujuh untuk mewujudkan permintaan tersebut. Kayu kayu besar untuk perahu dan membendung sungai Citarum, ia dapatkan dari hutan di sebuah gunung yang menurut legenda kelak diberi nama Gunung Bukit Tunggul. Adapun ranting dan daun dari pohon yang dipakai kayunya, ia kumpulkan disebuah bukit yang diberi nama gunung Burangrang.
Sementara itu
Dayangsumbi-pun memohon sang Hyang Tunggal untuk menolongnya, menggagalkan
maksud Sangkuriang untuk memperistri dirinya. Sang Hyang Tunggal mengabulkan
permohonan Dayangsumbi, sebelum pekerjaan Sangkuriang selesai, ayampun berkokok
dan fajar menyingsing. Sangkuriang murka, mengetahui ia gagal memenuhi
syarat tersebut, ia menendang perahu yang sedang dibuatnya. Perahu akhirnya
jatuh menelungkup dan menurut legenda kelak jadilah Gunung Tangkubanparahu,
sementara aliran Sungai Citarum yang dibendung sedikit demi sedikit membentuk
danau Bandung.
C.Kenapa mitos dipercaya
Kesesuaian
dengan fakta geologi
Legenda Sangkuriang sesuai dengan
fakta geologi terciptanya Danau Bandung dan
Gunung Tangkuban Parahu.
Penelitian geologis mutakhir
menunjukkan bahwa sisa-sisa danau purba sudah berumur 125 ribu tahun. Danau
tersebut mengering 16.000 tahun yang lalu.
Telah terjadi dua letusan Gunung Sunda purba
dengan tipe letusan Plinian masing-masing 105.000 dan 55.000-50.000 tahun yang
lalu. Letusan plinian kedua telah meruntuhkan kaldera Gunung Sunda purba
sehingga menciptakan Gunung Tangkuban Parahu, Gunung
Burangrang (disebut juga Gunung Sunda), dan Gunung Bukittunggul.
Adalah sangat mungkin bahwa orang
Sunda purba telah menempati dataran tinggi Bandung dan menyaksikan letusan
Plinian kedua yang menyapu pemukiman sebelah barat Ci Tarum (utara dan barat
laut Bandung) selama periode letusan pada 55.000-50.000 tahun yang lalu saat
Gunung Tangkuban Parahu tercipta dari sisa-sisa Gunung Sunda purba. Masa ini
adalah masanya Homo sapiens;
mereka telah teridentifikasi hidup di Australia selatan
pada 62.000 tahun yang lalu, semasa dengan Manusia Jawa (Wajak) sekitar 50.000
tahun yang lalu.
Sumber pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar